Langit merah yang mulai menghitam,menjadi kesempatan bagi sang raja malam untuk mengeluarkan cahaya terangnya. Setumpuk kertas soal dan pena hitam menjadi teman akrabku setiap malam. Namaku Aqila Azera Putri, Pada tahun 2017 ini usiaku baru menginjak umur 13 tahun. Dulu sebelum bulan ramadhan, aku diperintahkan oleh kedua orang tuaku untuk mengikuti program pesantren kilat pada salah satu pesantren yamg ada di Kota Pasuruan. Aku sangat senang karena sejak kecil kedua orang tuaku sudah mengajarkanku kepada ilmu agama dan aku sangat tertarik untuk menghafal Al-Qur’an. Satu bulan penuh aku mengikuti pesantren kilat itu.
Aku semakin membulatkan tekad untuk menghafal Al-Qur’an, sehingga disela-sela lesibukanku untuk sekolah aku mencoba menghafal 2-3 ayat Al-Qur’an setiap harinya. Aku sangat bersyukur karena dapat menghafal Al-Qur’an meskipun hanya di rumah. Melihat kesungguhanku dalam menghafal Al-Qur’an, mendorong kedua orang tuaku untuk memasukkanku ke pesantren tahfidz yang berada di Kabupaten Probolinggo. Namun sebelumnya aku harus mengikuti tes masuk untuk menjadi santri baru di pesantren itu. Setelah melakukan berbagai persiapan aku diantar oleh ayah ke tempat tes sekaligus ke pesantren yang ada di Desa Kraksan, Kabupaten Probolinggo. Setelah beberapa hari mengikuti tes, pengumuman hasil tes pun keluar. Ayah memberi tahuku bahwa aku diterima di PPMQ Putri (Pondok Pesantren Madinatul Qur’an Putri). Ayahku pulang meninggalkanku di pesantren baruku, setelah meberitahuku bahwasanya aku diterima menjadi santri di PPMQ Putri, awalnya sangat sedih, tapi lama kelamaan aku menjadi terbiasa berkat teman teman baruku di pesantren yang selalu menghiburku.
“zeraa” panggil Naura, yang berhasil membuyarkan lamunanku.
“assalamualaikum” jawab Zera sambil melirik kearah Naura.
“hehe..walaikumsalam”balas Naura sambilo cengengesan. “lagian sih kamu ngelamun terus, ada apa raa coba cerita kalau ada masalah. Kenapa disanksi lagi sama ustadzah?” tanya Naura.
“gak Naura, i’m fine aku tidak apa. Aku hanya ingin bertemu dengan kedua orang tuaku, aku sangat merindukannya” jelas Zera sambil menangis.
“sudahlah jangan bersedih lagi, besok lusa kan ada jam kunjungan, kamu bisa meminta kedua orang tuamu mengunjungi disini”balas Naura mencoba menenangkan Zera.
Hari demi hari kulewati di pesantren ini. Alhamdulillah aku selalu diberi kemudahan dalam menghafal Al-Qur’an, namun aku sering tidak serius dalam mengikuti kegiatan yang begitu padat.aku merasa berat dengan semua kegiatan yang ada di pesantren, karena anak anak seusiaku ini pasti sangat ingin bermain. Aku sangat terganggu dengan teman teman yang lebih senior, karena mereka sering memberikan saran untukku, walaupun aku tahu jika saran saran itu baik untukku. Semakin lama aku merasa semakin bosan. Terlebih ketika hafalanku menginjak juz pertengahan yang membuatku sedikit kesusahan dalam menghafal. Ketika kesulitan itu datang aku semakin sedih karena mengingat kedua orang tuaku. Aku merasa rindu dan ingin pulang sehingga aku meminta beliau (orang tuaku) menjengukku.
Ketika bertemu dengan mereka aku sangat senang. Aku menceritakan semua yang aku rasakan termasuk keinginanku untuk berhenti belajar di pesantren ini.
“maa..Zera pengen berhenti mondok, Zera selalu inget mama sama ayah”ucap Zera dengan menangis dan memeluk mamanya.
“zera sayang, mama kan udah pernah bilang ke Zera. Mama sama ayah itu sayang banget sama Zera, makanya mama samaayah memasukkan Zera ke pesantren biar Zera kelak jadi anak yang baik, shaleha, juga agar Zera bisa fokus menghafal Al-Qur’annya. Zera disini cukup belajar dengan giat, taat sama peraturan pesantren, dan juga selalu do’ain mama samaayah.”jelas mama Zera dengan sesekali air matanya jatuh.
“iya Zera, ayah juga sangat yakin kalau Zera bisa menghadapi semua rintangan ini, ini bagian dari ujianmu nak, demi menuju kesuksesan”jelas ayah ramah.
“makasih mama, ayah. Zera janji akan lebih giat lagi belajar sama menghafalnya. Zera akan berusaha sebisa mungkin untuk meraih kesuksesan itu”balas Zera dengan senyum yang merekah dan memeluk kedua orang tuannya.
Tetapi kedua orang tuaku menahan keinginanku dan meyakinkanku untuk tidak berhenti. Setelah kunjungan itu, aku kembali bersemangat untuk mengikuti kegiatan pesantren, dan menghafal Al-Qur’an. Walaupun aku harus dipanggil ustadzah untuk menyetorkan hafalan karena rasa malas yang aku rasakan.
Pesan buat kalian, menghafal Al-Qur’an memang tidak mudah. Setiap orang yang menghafalnya pasti memiliki ujian masing-masing. Sperti yang diuji rasa malas, tetapi berkat do’a kedua orang tua, aku masih bisa bertahan hingga saat ini.
Diusiaku yang masih harus menuntut ilmu ini, aku sangat ingin bersekolah seperti anak-anak seusiaku. Namun dengan seperti ini aku yakin akan menjadi lebih hebat dari mereka semua. Bagi kalian yang ingin menghafal Al-Qur’an, jangan pernah takut. Karena dengan menghafal Al-Qur’an, kalian akan mendapatkan lebih dati yang kalian inginkan.
